Twitter: @Glissandio

Selasa, 17 Desember 2013

0 komentar

Pajak impor naik bulan januari 2014





Ilustrasi (Dok)
Penjualan smartphone pada 2014 diperkirakan tak akan tiarap walau pemerintah mengeluarkan beleid menaikkan Pajak Penghasilan (PPh) impor ponsel menjadi 7,5%.
“Saya prediksi penjualan smartphone pada tahun depan bisa naik 40%. Tetapi kenaikan sebesar itu bisa berkontribusi sampai 80% bagi total omzet,” ungkap Direktur Marketing  Erajaya Swasembada Djatmiko Wardoyo, kemarin.
Diungkapkannya, penjualan smartphone pada tahun ini memang tak mendominasi karena pasar feature phone masih besar.  Dari total penjualan ponsel tahun ini, persentase ponsel pintar hanya mencapai 28%. Sisanya dikuasai oleh feature phone.
"Secara value, piramidanya terbalik. Feature phone hanya menyumbang 30%, sementara smartphone bisa sampai 70%. Ini wajar karena harga smartphone berlipat-lipat dibandingkan feature phone," katanya.
Terkait adanya beleid makro yang dikeluarkan pemerintah, Pria yang akrab disapa Koko ini menjelaskan, PPh adalah   pajak perusahaan yang nantinya ada hitung-hitungannya di belakang hari . Beleid ini tidak berpengaruh langsung terhadap harga barang, tapi berpengaruh terhadap modal perusahaan karena dibayar di muka. Ini juga tidak berpengaruh langsung terhadap kinerja,” tegasnya.
Lebih lanjut Koko mengungkapkan, perseroan akan agresif bermain di pasar daerah pada tahun depan dengan  membangun toko di kota-kota di luar Jakarta untuk menjadi hub ke daerah sekitarnya. Misalnya di Medan untuk Sumatra, di Makassar untuk Indonesia Timur.“Strategi ke daerah ini juga untuk mendukung penjualan merek Venera yang kami kelola. Smartphone merek lokal itu banyak peminat di daerah,” jelasnya
Secara terpisah, Direktur Keuangan Metrodata Randy Kartadinata menambahkan, kenaikan PPh impor tersebut hanya akan mempengaruhi kas yang dibayarkan sebagai pajak dibayar dimuka. Kondisi ini menjadikan distributor diberatkan dari sisi pajak dibayar dimuka. Sedangkan perusahaan importir akan terbeban atas kas diawal.

“Alhasil, distributor kecil yang pendanaan terbatas pasti akan kesulitan, karena harus mengeluarkan dulu uang di depan. Sementara retailer tidak menanggung pajak ini,” jelasnya.
Sekadar informasi, dalam catatan GFK hingga September 2013  Indonesia memiliki total penjualan smartphone sebesar US$ 3,33 miliar (sekitar Rp 39,4 triliun) yang seluruhnya berasal dari 14,8 juta unit smartphone yang terjual. Hal ini berarti Indonesia berkontribusi sekitar 30% bagi total penjualan smartphone di Asia Tenggara.
Secara kumulatif dari catatan pemerintah dalam periode  Januari hingga Oktober impor ponsel yang dilakukan Indonesia mencapai 13.883 ton atau senilai US$ 2,34 miliar atau sekitar Rp 23 triliun.(ct)



Sumber

0 komentar:

Best viewed on firefox 5+
Frafiez Family © 2009 - 2014. Keep Cheerful for Shared