Danau toba keramat
PERCAYA tak percaya, tapi itulah yang terjadi. Sehari setelah
kecelakaan maut yang memakan 8 korban itu, air Danau Toba kini lebih
tenang dari sebelumnya. Dibanding hari Senin-Kamis lalu, gelombang danau
di pesisir pantai bebas bisa dua meter.
Hal itu juga dikaitkan pada musim kemarau yang sebulan terakhir melanda Simalungun, Pematangsiantar dan sekitarnya. Hal itu seperti ditutur seorang pengemudi kapal, Ramses Sirait (45) warga Ajibata, Tobasa, air kini tampak lebih tenang.
Katanya, nyaris sebulan terakhir, ketika memasuki musim kemarau, ketinggian ombak air danau mencapai dua meter. Beberapa pengemudi kapal sejenis peldatari juga kerab khawatir karena tidak tahu kapan ombak bisa menenggelamkan kapal. “Kalau tidak mahir mengemudi kapal, jangan coba-cobalah membawa penumpang saat ombak tinggi,” ujar Ramses.
Berita kecelakaan maut itupun menjadi perbincangan hangat di kawasan Danau Toba dan sudah tidak heran lagi, di bulan Juni hingga Agustus, kebanyakan masyarakat atau lebih cendrung orang tua, mengetahui kalau Danau Toba selalu minta korban.
Tidak hanya di dalam danau, juga disekitaran danau termasuk pada perlintasan menju atau keluar dari kawasan Danau Toba. Malah kecelakaan itu dianggap tumbal permintaan penghuni Danau Toba.
Hal itu juga dikaitkan pada musim kemarau yang sebulan terakhir melanda Simalungun, Pematangsiantar dan sekitarnya. Hal itu seperti ditutur seorang pengemudi kapal, Ramses Sirait (45) warga Ajibata, Tobasa, air kini tampak lebih tenang.
Katanya, nyaris sebulan terakhir, ketika memasuki musim kemarau, ketinggian ombak air danau mencapai dua meter. Beberapa pengemudi kapal sejenis peldatari juga kerab khawatir karena tidak tahu kapan ombak bisa menenggelamkan kapal. “Kalau tidak mahir mengemudi kapal, jangan coba-cobalah membawa penumpang saat ombak tinggi,” ujar Ramses.
Berita kecelakaan maut itupun menjadi perbincangan hangat di kawasan Danau Toba dan sudah tidak heran lagi, di bulan Juni hingga Agustus, kebanyakan masyarakat atau lebih cendrung orang tua, mengetahui kalau Danau Toba selalu minta korban.
Tidak hanya di dalam danau, juga disekitaran danau termasuk pada perlintasan menju atau keluar dari kawasan Danau Toba. Malah kecelakaan itu dianggap tumbal permintaan penghuni Danau Toba.
“Sudah tak heran
peristiwa seperti itu, tapi tetap saja turut berduka atas kejadian itu,”
ujar Ramses yang sudah 10 tahun mengendarai kapal itu.
Dicontohkan pula, ketika temuan mayat tanpa identitas pada 19 April 2012 lalu persisnya di pesisir Pantai Kelurahan Tiga Raja, Kecamatan Girsang Simpangan Bolon.
Danau tiba-tiba saja tenang dan nelayan yang menggunakan perahu papan mengais rezeki dengan mejala di danau, bisa lancer bekerja. Keuntunganpun tak sedikit. Tapi sebulan berikutnya, danau seperti gelisah dengan tingginya ombak mencapai dua meter lebih.
Hal itu juga bisa dikarenakan, pengunjung atau bahkan warga setempat, berbuat senonoh atau melanggar adat istiadat yang diturunkan oleh leluhur. Hal itu juga diamini, Ronggu Pasaribu (48) bahwa ada pantangan yang tak bisa dilakukan ataupun diucapkan bila berada di kawasan Danau Toba. Sehingga menjadi malapetaka atau mendapat kutukan dari roh nenek moyang yang diyakini masih menghuni Danau Toba.
Tidak dipungkiri pula, beberapa ajaran kakek-buyut diteruskan bagi warga yang menetap di sekitaran Danau Toba. Hal itu bermanfaat untuk mencegah hal-hal gaib yang bisa mencelakakan diri sendiri. “Bahkan kami sendiri tak tau kalau sudah punya ilmu itu,” ujar pria yang berprofesi nelayan ini.
Dicontohkan pula, ketika temuan mayat tanpa identitas pada 19 April 2012 lalu persisnya di pesisir Pantai Kelurahan Tiga Raja, Kecamatan Girsang Simpangan Bolon.
Danau tiba-tiba saja tenang dan nelayan yang menggunakan perahu papan mengais rezeki dengan mejala di danau, bisa lancer bekerja. Keuntunganpun tak sedikit. Tapi sebulan berikutnya, danau seperti gelisah dengan tingginya ombak mencapai dua meter lebih.
Hal itu juga bisa dikarenakan, pengunjung atau bahkan warga setempat, berbuat senonoh atau melanggar adat istiadat yang diturunkan oleh leluhur. Hal itu juga diamini, Ronggu Pasaribu (48) bahwa ada pantangan yang tak bisa dilakukan ataupun diucapkan bila berada di kawasan Danau Toba. Sehingga menjadi malapetaka atau mendapat kutukan dari roh nenek moyang yang diyakini masih menghuni Danau Toba.
Tidak dipungkiri pula, beberapa ajaran kakek-buyut diteruskan bagi warga yang menetap di sekitaran Danau Toba. Hal itu bermanfaat untuk mencegah hal-hal gaib yang bisa mencelakakan diri sendiri. “Bahkan kami sendiri tak tau kalau sudah punya ilmu itu,” ujar pria yang berprofesi nelayan ini.
0 komentar: