Menelan Permen Karet
Siapa
sih yang tidak suka permen karet ? mulai dari anak-anak hingga orang
dewasa gemar memakan permen ini. Bahkan dulu dipertengahan awal 90-an
sempat booming dan menjadi trend dikalangan anak remaja, siapa yang
tidak makan permen karet berarti dia enggak gaul, siapa yang bisa
membuat balon gede dari permen karet tersebut berarti dia jagoan.
Tapi
pada waktu itu, beredar banyak isu tentang tertelannya permen karet,
mulai dari menghambat nafas, menempel di organ tubuh, sampai tertinggal
di perut selama tujuh tahun. Benarkah demikian? Berikut adalah informasi
yang dapat menjawab persoalan tersebut yang saya dapatkan dari
informasi di detik.com.

Sekilas,
larangan menelan permen karet terasa masuk akal. Pasalnya, permen ini
lengket dan bisa menempel seperti lem. Di bayangan kita, jika tertelan,
permen karet yang sudah dikunyah juga akan melekat di dalam tubuh dan
tak bisa dikeluarkan saat buang air besar.
Sebenarnya,
permen karet dapat melewati saluran pencernaan dan terbuang di toilet
sama seperti makanan lain. Pasalnya, sistem pencernaan kita sudah
dirancang untuk melarutkan dan membuang apa yang kita masukkan lewat
mulut. Terutama jika permen karetnya berbahan chicle. Seperti jenis
protein lain, getah alami ini mudah dipecah oleh asam lambung.
Kalaupun
terbuat dari bahan sintetis, proses pencernaan permen karet terjadi
dalam waktu beberapa jam, paling lama
beberapa hari. Tentu, tak sampai
bertahun-tahun seperti mitos yang beredar. Agar lebih jelas, situs ABC
(04/10/12) mendeskripsikan perjalanan permen karet dari mulut hingga ke
sistem pembuangan tubuh.
Hal
ini lebih umum terjadi pada anak kecil. Karena tidak mengerti, mereka
sering menelan permen karet dan benda-benda kecil. Di dalam tubuh,
benda-benda tersebut saling melekat dan menghambat saluran pencernaan.
Umumnya, mereka mendapat permen karet sebagai hadiah karena telah
bersikap baik.
Ketika
Anda mengunyah, tubuh mempersiapkan diri untuk mencerna. Kelenjar
ludahpun terangsang untuk menghasilkan air liur di mulut. Kandungan
permen karet yang mudah larut, misalnya gula, dicerna oleh enzim. Namun,
gum base yang tersisa sebagian besar tak tercerna.
Dari
mulut, permen karet turun ke kerongkongan dan masuk ke perut dengan
gerak peristaltik yang diaktifkan oleh kegiatan mengunyah. Di sini,
permen karet diaduk-aduk selama beberapa jam, lalu dipindahkan ke usus,
dubur, dan akhirnya berakhir di WC. 'Perjalanan' tersebut lancar karena
permen karet dibawa bersama empedu, enzim pankreas, dan cairan lain.
Meski
demikian, tertelannya permen karet dalam jumlah banyak memang bisa
berakibat serius. Dalam jurnal Gastrointestinal Endoscopy disebutkan
bahwa seorang wanita Israel berusia 18 tahun mengeluhkan sakit perut.
Ternyata, perutnya dipenuhi gumpalan permen karet yang tak tercerna.
Wajar saja, ia menelan setidaknya lima buah permen karet setiap hari
selama beberapa tahun!

Jika
anak mengalami sembelit setelah menelan permen karet, Anda bisa
menceritakannya pada dokter saat berkunjung. Namun, jika gejalanya
berupa ngiler, rasa tidak nyaman yang parah, serta muntah kuning atau
hijau yang tak terkendali, segera bawa ia ke gawat darurat. Hal ini bisa
mengindikasikan penyumbatan.
Bagaimanapun
juga, mencegah lebih baik daripada mengobati. Jangan biasakan memberi
anak hadiah berupa permen karet. Pastikan pula ia tak menelan permen
tersebut. Wah, ternyata larangan orangtua waktu kita kecil memang benar
ya!
0 komentar: